July 15, 2015

SINCE DAY ONE, I’M A WOMEN’S WRESTLING FAN


Akhir tahun 1999, saya menududuki kelas 2 SD, saudara sepupu (Abang) saya membawa CD Playstation One yang berjudul WWF Attitude. Pada waktu itu saya tidak tahu apa-apa mengenai Gulat atau wrestling, saya tidak tahu apa itu WWF, bahkan saya tidak suka sesuatu yang berhubungan dengan olahraga fisik. Saat saya dan saudara-saudara saya pertama kali memainkan game itu, saudara-saudara saya (yang juga belum tahu apa-apa) menyukai karakter seperti Stone Cold Steve Austin, Undertaker, Triple H ataupun The Rock. Tetapi pertama kali saya memainkan video game itu, saya tidak tertarik dengan karakter-karakter yang luar biasa itu, tetapi saya tertarik dengan Sable, Jacqueline atau Chyna. Saya kaget sebenarnya melihat adanya wanita di dunia penuh akan laki-laki yang mayoritas berbadan besar dan berotot. Tiap saya melawan teman saya, saya selalu menggunakan antara ketiga karakter wanita tersebut. Itu awal saya memasuki dunia wrestling dan dari awal saya sudah menjadi women’s wrestling fans.

Pertandingan wanita pertama yang saya tonton adalah Sable vs Tori di WrestleMania XV. Saya ingat kalau saya membeli VCD bajakan di daerah Gasibu, Bandung. Ada yang menjual VCD berjudul “WWF Women’s Come Get Some” dan ayah saya membelikan VCD tersebut. Walaupun saya terkejut melihat konten VCD tersebut, isinya berisi dokumentasi wanita di WWF. Saya ingat di dalam VCD tersebut sepenuhnya adalah konten dewasa (dan saya waktu itu baru menduduki kelas 3 SD). Isinya ada pertandingan Sable vs Tori, saya kaget melihat wanita itu berkelahi di ring, tetapi dalam satu sisi saya mulai tertarik dengan wanita di WWF. Setiap minggu saya membeli VCD WWF baru di daerah Gasibu. Entah itu saya membeli VCD PPV atau SmackDown atau apapun itu, saya berharap konten tersebut berisi pertandingan wanita (LOL).

Tahun 2000, saya mulai jatuh hati sama Lita dan Trish Stratus, walaupun jarang saya melihat mereka bertanding (karena VCD yang saya beli random, dan tidak tahu ada pertandingan wanita atau tidak). Saya melihat Lita sebagai wanita yang cantik, tapi tomboi dan atletis, sisi lain saya melihat Trish sebagai wanita yang cantik dan sensual. Saya baru saja sadar bahwa wanita di WWF itu bermacam-macam karakternya, tetapi dari awal mereka debut saya langsung jatuh hati kepada mereka.

Tahun 2001, mungkin awal-awal tahun saya mulai serius menekuni dunia wrestling, baik itu pria maupun wanita. Tetapi saya selalu bersikukuh untuk melihat pertandingan wanita. Saudara saya selalu menghina saya karena menyukai Women’s Wrestling dan terkadang saya suka marah kalau sesuatu yang suka dihina oleh orang lain. Saya mulai membeli VCD WWF (Original) di toko CD, Disc Tara. Sekarang saya bisa tahu VCD mana yang terdapat pertandingan wanitanya, karena dibalik cover VCD terdapat daftar pertandingan. Survivor Series 2001, adalah PPV dimana Trish Stratus memenangkan Women’s Championship pertamanya, saya melihat dia menangis bahagia saat memenangkan Women’s Championship tersebut. Itu kemungkinan pertama kali saya sadar, walaupun mereka memainkan karakter dan akting di ring, tetapi mereka benar-benar cinta apa yang mereka lakukan.  Saya melihat perjalanan Trish Stratus dari nol, lalu berkembang menjadi seseorang yang bisa berkerja di Wrestling Ring.

Tahun 2002, saya terus mengikuti Women’s Wrestling secara tekun, tetapi saya juga mulai serius mengikuti semua pertandingan yang lain. Tapi saya bukan tipe fans yang menyukai para wanita ini bertanding  di Bra and Panties, ataupun mereka kontes menggunakan Bikini. Walaupun jujur saja, tipe pertandingan itu seru-seruan atau lucu-lucuan, tapi saya adalah tipe fans yang ingin melihat wanita ini benar-benar bertanding di ring. Saya sangat senang saat Trish Stratus melawan Victoria di Hardcore Match, Survivor Series 2002. Wanita-wanita ini tangguh dan cinta apa yang mereka lakukan.

Tahun 2006, dimana dunia internet sudah merajalela, dan Youtube sudah mulai berkembang. Semakin mudah untuk fans wrestling di Indonesia terutama untuk akses menonton acara WWE atau wrestling. Tahun ini juga saya mulai banyak menonton wrestling selain WWE, seperti Ring of Honor ataupun TNA, dan salah satunya adalah Shimmer Women’s Athletes. Di Shimmer saya melihat Beth Phoenix, Britani Knight (Paige), Sara Del Rey, Rebecca Knox (Becky Lynch), Shantelle Taylor (Taylor Wilde), Amazing Kong dan atlit wanita lainnya. Saya sangat suka melihat Shimmer karena sangat gaya pertandingannya lebih memakan fisik dibandingkan dengan WWE. Saya tidak tahu pada saat itu ada acara wrestling yang khusus berisi Women’s Wrestling sampai saya nonton Shimmer.

Pertama kalinya saya menangis menonton WWE dan wrestling adalah saat Unforgiven 2006, Trish Stratus vs Lita, dimana Trish Stratus pensiun dan keluar dari WWE. Sebelum Unforgiven 2006, saya benar-benar sedih dan gelisah (istilah sekarang galau) saat mendengar Trish Stratus akan pensiun. Dia adalah Divas yang karirnya saya ikuti dari awal ia berkarir. Saya ingat saat itu saya sedang masuk sekolah (Kelas 8 SMP) dan melihat hasil pertandingan lewat ponsel saya. Melihat hasil kalau Trish Stratus menang di pertandingan terakhirnya, saya menangis di sekolah (hingga teman-teman saya cukup khawatir). Saat itu WWE disiarkan di TV Indonesia (Lativi) dan saya ingat Unforgiven 2006 disiarkan pukul 01.00 dini hari. Saat melihat Trish Stratus menangis dan harus pensiun, saya kembali menangis. Saya melihat Trish Stratus sebagai “Childhood Idol”, dia wanita yang pertama kali saya jatuh cinta selain ibu saya dan wanita di keluarga saya. Saya sendiri merasa aneh sebenarnya, kenapa saya menangis, tetapi saya sadar wrestling adalah bidang yang benar-benar saya suka. Mungkin istilahnya adalah “passion”.

Awal tahun 2007, saya mulai mempelajari (memperdalam) sejarah wrestling dari internet, baik dari Wikipedia (walaupun suka salah), situ Online World of Wrestling ataupun segala macam dokumentasi saya tontoni. Saya pelajari dari zaman teritorial, golden era, Monday night war, attitude era dan berbagai macam jenis era lainnya. Saya juga mempelajari sejarah Women’s Wrestling dari zaman keemasan Fabulous Moolah, Mae Young, Mildred Burke, Bull Nakano, Rockin Robin, Judy Grable dan pioneer lainnya.

Semenjak Tahun 2004, WWE lebih fokus dengan wanita yang berbasis model dibandingkan wrestler, kita lihat Divas seperti Christy Hemme, Candice, Maria, Kelly Kelly, Bella Twins, Maryse, Layla dll. Walaupun jujur saja saya agak kecewa dengan pilihan WWE lebih fokus dengan Divas bertipe model, tetapi saya tetap saya suka dengan WWE Divas. Saya bukan tipe yang men-judge bahwa tipe model ini tidak bisa bergulat di ring, saya sendiri ingat bahwa Trish Stratus dan Victoria adalah model sebelumnya, tetapi mereka menjadi Women’s Wrestlers yang skill-nya sangat baik. Saya melihat Layla, Maryse dan Bella Twins menjadi divas yang memiliki skill yang baik. Selama mereka serius dengan wrestling, dan suka dengan apa yang mereka lakukan. Memang WWE Divas bukanlah tempat untuk melihat Women’s Wrestling sesungguhnya, masih ada Shimmer, All Japan Women’s Pro Wrestling, Shine, bahkan 2007, TNA mulai mengembangkan TNA Knockouts sebagai divisi terbaik di TNA. Jika kalian hanya melihat WWE Divas, kalian belum melihat Women’s Wrestling sesungguhnya.

Tidak mudah menjadi Women’s Wrestling Fan sebenarnya, women’s wrestling selalu menjadi cemoohan wrestling fans lainnya, terutama WWE. Wrestling Fans selalu mencemooh para divas, selalu mengatakan kalau pertandingan Divas adalah saat dimana mereka ke toilet ataupun melakukan aktivitas lain. Walaupun para Divas, Knockouts ataupun Women’s Wrestler lainnya sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik, selalu saja dijadikan cemoohan orang-orang. Saya tahu ini karena saya sendiri memiliki forum di Kaskus, dan orang-orang hanya memikirkan keseksian mereka, tubuh mereka, dan lain-lain, hingga saya harus menghapus forum tersebut karena komentar kaskuser yang bikin saya kesal. Memang saya sendiri sering dikecewakan oleh WWE, Divas selalu ditempatkan di tempat yang terburuk. Entah itu mereka diberikan waktu 30 detik untuk bertanding, entah itu ditempatkan sebagai “Bathroom Break” ataupun storyline yang tidak konsisten dan tidak jelas. Saya selalu menjadikan WWE sebagai patokan, karena kalau kalian mendengar kata wrestling pasti yang terpikirkan pertama kalinya adalah WWE. Hal ini yang menyebabkan wrestling fans selalu menyalahkan Women’s Wrestlers, padahal tidak semuanya salah dari para wanita tersebut. Bahkan TNA, terkadang tidak memberikan storyline yang jelas untuk Knockouts-nya.

Banyak yang bilang, golden era of Women’s Wrestling di WWE adalah 2002-2004. Saya setuju dengan orang-orang, walaupun memang mereka hanya diberikan 4 menit atau 6 menit untuk bertanding, tetapi mereka diberikan storyline dan karakter yang jelas. 30 detik tidak cukup untuk menceritakan apa yang terjadi di ring, lihat saja Nikki Bella vs Paige, mereka diberikan waktu 9 menit dan para fans sangat tertarik dengan pertandingan mereka. Storyline yang diberikan terkadang tidak konsisten ataupun monoton, tidak ada yang menarik. Storyline yang benar-benar bagus (tanpa harus menghina fisik divas) adalah Trish Stratus vs Mickie James, ataupun Kaitlyn vs AJ Lee (walaupun ada menghina fisik juga). JIka para divas ini diberikan storyline yang baik, saya yakin para fans wrestling juga tertarik dengan divas ini. Saya bersabar untik WWE memberikan kesempatan untuk para divas atau women’s wrestlers, memberikan waktu, memberikan storyline yang baik, dan segala sesuatu yang saya cinta di Women’s Wrestling.

2012, lahirlah NXT, saya tidak melihat NXT yang berkonsep reality show, melainkan NXT yang dijadikan sebagai Developmental System. Awalnya, NXT juga memberikan women’s wrestling yang sama saja seperti di RAW dan SmackDown,bedanya mereka diberikan waktu lebih banyak. Tetapi saya melihat Paige, Emma dan Summer Rae yang diberikan karakter yang unik dan fans suka dengan karakter-karakter tersebut. Itu awal saya suka dengan NXT, adalah karakter yang diberikan kepada divas di NXT. Lalu mereka memberikan sesuatu yang berbeda saat Paige memulai feud dengan Summer Rae di NXT, saya sadar bahwa NXT menyajikan sesuatu yang berbeda dibandingkan RAW atau SmackDown. Paige vs Emma untuk NXT Women’s Championship, saya menangis bahagia melihat pertandingan tersebut, karena momen itu adalah momen yang saya tunggu-tunggu. Saya sendiri bertanya-tanya, apa mungkin WWE mulai memberikan momen yang saya tunggu-tunggu kepada para Women’s Wrestlers.

WWE mulai memberikan sesuatu yang berbeda, seperti Total Divas. Suka atau tidak dengan Total Divas, tetapi Total Divas membantu para Divas untuk mendapatkan perhatian media dan fanbase yang begitu banyak. Tidak membantu aspek wrestling tetapi membantu Divas untuk lebih memasuki dunia mainstream. Lihat saja Bella Twins, yang sebelumnya fanbasenya biasa-biasa saja, setelah membintangi Total Divas sekarang dimana-mana mereka memiliki banyak fans. Mungkin wrestling fans tidak suka dengan Total Divas, tetapi saya melihat Total Divas sesuatu yang lain untuk para Divas. Fanbase WWE Divas semakin banyak, Women’s Wrestling Fans (Divas Fans) sudah mulai gerah dengan perlakuan WWE kepada Divas, hingga pada suatu saat #GiveDivasAChance mulai trending di Twitter. Saya sendiri terkejut melihat #GiveDivasAChance menjadi trending. Sebelum trending di Twitter, saya sendiri sudah tahu bahwa gerakan #GiveDivasAChance ini sudah ada dari Tahun 2011-2012, tetapi sebelumnya tidak pernah trending sama sekali. Pujian-pujian bagi para divas mulai datang darimana-mana, Paige vs Nikki Bella, Paige vs AJ Lee, Charlotte vs Natalya, Sasha Banks vs Becky Lynch dan pertandingan lainnya. Tidak hanya dari fans, tapi dari wrestlers lainnya juga mulai memuji divas di WWE, terutama di NXT.
Kemarin di episode RAW, mungkin adalah puncak dan awal dimana revolusi Women’s Wrestling dimulai. Jujur saja, yang lain merasa bahagia saat mungkin pada akhirnya WWE memberikan Women’s Wrestling yang sesungguhnya, tetapi saya disini menonton segment tersebut sambil menangis. Saya adalah fans loyal Women’s Wrestling, saya menangis karena momen ini adalah momen yang saya tunggu-tunggu dan saya ingin merasakannya bersama Wrestling Fans yang lain. Lama sudah saya bersabar dengan perlakuan WWE mengenai Women’s Wrestling, satu saat saya senang, tapi keesokannya saya dikecewakan lagi. Tapi entah kenapa, momen kemarin di RAW, saya merasa WWE saat ini sungguh-sungguh, tetapi saya tahu WWE dan saya tahu sebagai Women’s Wrestling Fan saya mungkin akan dikecewakan lagi. Semua orang dari komunitas Wrestling memberikan tanggapan atau respon ke Divas Segment yang kemarin terjadi di RAW, hampir semua orang membicarakan segment itu dimanapun, twitter, facebook. Saya tidak pernah malu untuk menangis saat saya menonton wrestling ataupun yang berhubungan dengan wrestling, karena saya tahu itu identitas saya sebagai seorang yang cinta kepada industri wrestling dan menunjukkan “passion” saya kepada wrestling.

Saya sudah menjadi fans untuk Paige semenjak dia masih menjadi Britanni Knight, saya adalah fans Sasha Banks saat dia masih menjadi Mercedes KV, saya fans dari Becky Lynch saat dia masih menjadi Rebecca Knox, tetapi yang pasti saya adalah fans Women’s Wrestlers yang mendedikasikan diri mereka ke industri Wrestling. Saya senang mereka sekarang sukses di WWE,karena saya tahu cita-cita mereka adalah WWE.

Ini sudah bukannya zaman Bra and Panties Match, Pool Match, ataupun Bikini Contest, ini adalah zamannya Women’s Wrestling yang sesungguhnya yang benar-benar bertanding di ring. Entah apapun mereka menyebutnya, baik itu WWE Divas atau TNA Knockouts, yang pasti mereka yang bergulat di ring dan mendedikasikan dirinya di ring adalah seorang Women’s Wrestler.

Entah kenapa saya menulis blog ini, mungkin hanya ingin sekedar sharing. Tetapi setelah saya kemarin menonton Divas Segment kemarin di RAW, saya menangis dan menjadi teringat perjalanan saya menjadi Wrestling Fan terutama Women’s Wrestling. Dimana yang lain menjadi fans Steve Austin dan The Rock, saya disini menjadi seorang fan Trish Stratus dan Lita. Saya semenjak hari pertama sebagai Wrestling Fans dimulai dari mencintai Women’s Wrestling, tanpa adanya Women’s Wrestling mungkin saya tidak akan suka Wrestling sama sekali. Dari hari ke-1 hingga sekarang sudah hampir 16 Tahun (sekarang sudah masuk dunia kerja) saya cinta dunia Wrestling, dan selalu menjadi loyal fan untuk Women’s Wrestling dan saya bangga dengan hal tersebut.

Terima kasih yang sudah baca blog ini, silahkan komentar tentang artikel ini atau kita bisa berdiskusi di Line saya ID: winphere ataupun twitter saya @winphere

No comments:

Post a Comment